wartapolitik.id – Rangkaian kekerasan yang mengatasnamakan SARA (suku, ras, agama). Mengundang keprihatinan banyak pihak. Selama kurun waktu sebulan belakangan telah terjadi empat kekerasan kepada para ulama.
Pertama menimpa Pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri. Sang kyai menderita luka serius dan dirawat intensif.
Kedua mendera Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis). Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan.
Ketiga serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal.
Terakhir, seorang pria menyerang pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY. Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.
Cak Imin: Indonesia Tidak Takut
Rangkaian tersebut mengusik kedamaian dan keharmonisan hidup di negeri ini. Banyak pihak prihatin dan mulai mengecam tindakan-tindakan kekerasan dengan alasan apapun.
Padahan, Indonesia baru saja menjadi tuan rumah PBB World Interfaith Harmony Week di Jakarta Convention Hall (JCC) dua hari lalu. Ini sebuah tamparan keras yang melukai semua orang.
Ketum PKB Muhaimin Iskandar mengambil sikap tegas. Instruksi itu berlaku bagi seluruh kader dan pengurus PKB se Indonesia. Mulai dari DPP, DPW, DPC hingga Anak Ranting.
Semua diminta bersinergi, mensolidkan diri, dan tetap waspada dengan semua kondisi dan kemungkinan ke depan. Dengan mengambil langkah preventif (pencegahan), membangun komunikasi lintas agama dan percaya pada institusi kepolisian.
“Alloh menegaskan bahwa manusia itu adalah sebaik-baik penciptaan, maka utamakan nilai kemanusiaan dibanding sentimen apapun. Ayo perkuat persaudaraan kita.. Peluk cinta sesama anak bangsa ! Salam C, Cinta Indonesia”
Twitter @cakimiNOW
“Seluruh pengurus dan anggota PKB merapatkan diri serta melakukan komunikasi intensif dengan pemuka-pemuka agama untuk melakukan langkah preventif. Percayakan kepada aparat penegak hukum untuk segera menangkap pelaku teror dalam waktu sesingkat-singkatnya.” Tulisnya dalam surat instruksi tersebut.
Khusus bagi daerah yang terkena aksi teror, Pria yang akrab di sapa Cak Imin ini menugaskan untuk segera melakukan advokasi, menjadi penyejuk umat dan memberi rasa aman bagi sesama.
“Khusus kepada DPW dan DPC yang di daerahnya telah terjadi aksi teror harus segera memberikan advokasi dan pertolongan kepada para korban sekaligus menghadirkan rasa aman di daerah tersebut.” Lanjutnya.
Jokowi : Tidak Ada Tempat Bagi Intoleran
Pada pidatonya saat perayaan Hari Lahir Pancasila 1 juni 2017, Presiden Jokowi menegaskan, “kehidupan berbangsa dan bernegara kita sedang mengalami tantangan. Sejumlah pandangan dan tindakan yang mengancam kebinekaan dan keikaan kita mulai bermunculan,” kata Jokowi.
Semua diperparah oleh penyalahgunaan media sosial, oleh berita bohong, ujaran kebencian yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita.
Menanggapi peristiwa yang belakangan terjadi Jokowi bersikap tegas untuk tidak memberi tempat bagi para pelaku kekersan yang hendam memecah bela bangsa.
“Konstitusi kita menjamin kebebasan beragama. Oleh sebab itu, kita tidak memberikan tempat secuil pun pada orang-orang yang melakukan, mengembangkan, dan menyebarkan intoleransi di negara kita.” Ujarnya di Gedung Pancasila, Jakarta Pusat, Senin (12/2/2018).
Presiden Jokowi juga telah memerintahkan kepada Kepolisian untuk menindak tegas para pelaku dan melakukan peyidikan secara menyeluruh. Agar tindakan kekerasan serupa yang mengatasnamakan apapun tidak terjadi di negeri ini.
Semua pihak sepakat bahwa tirani minoritas yang gandrung akan kekerasan harus di lawan. Silent majority harus bersuara. Bersatu melawan semua intimidasi, ujaran kebencian dan kekerasan.
(WP1)
Discussion about this post