wartapolitik.id _ Pada 2018 ini Kalimantan Timur sedang “hamil tua”. Sejumlah nama paslon calon gubernur dan wakil gubernur sudah mengantongi nomor urut. Bahkan sudah mulai berlaga. Tak ada Rita Widyasari. Bupati Tenggarong yang cantik dan penyuka musik cadas itu sudah diseruduk KPK.
Kenyakinan diri sebagai calon gubernur terkuat—yang ikut dibentuk oleh rilis lembaga survei—ternyata belum cukup. Personal branding yang dijenjangi sekian lama runtuh. Golkar yang begitu dominan dalam perpolitikan di Kaltim pun limbung.
Andi Sofyan Hasdam dimajukan menggantikan Rita. Dipasangkan dengan kader NasDem, Nusyirwan Ismail. Tapi, paslon ini harus dibongkar ulang di tengah jalan. Wakil Walikota Samarinda non aktif, Nusyirwan Ismail, meninggal belum lama ini. Rizal Effendi menggantikan Nusyirwan Ismail.
Akankah Golkar akan kehilangan dominasinya dalam perpolitikan di Kaltim? Paslon mana yang paling mungkin mengambil alih kekuasaan Golkar di Kaltim?

Ada Syaharie Jaang, Walikota Samarinda nonaktif, menggandeng putra gubernur, Awang Ferdian Hidayat, maju dari poros Demokrat-PPP-PKB. Rusmadi Wongso dan Irjen Safaruddin maju dari gerbong PDIP-Hanura menjagokan. Sementara Isran Noor-Hadi Mulyadi berkendaraan Gerindra-PKS-PAN.
Berhitung dan Menghitung Rita
Hitung-hitungan sederhana, Samarinda akan jadi milik Jaang dan Ferdian. Syaharie Jaang puluhan tahun sebagai Wakil Walikota dan Walikota Samarinda tentu sangat paham realitas sosio-politik kota tepian ini. Mengamankan Samarinda dengan DPT terbesar di Kaltim, ditambah faktor Awang Faroek yang turun gunung, agaknya tidak begitu berat buat Paslon Nomor 2.
Tapi, jelas Samarida saja tidak cukup. Kutai Kertanegara dengan jumlah DPT yang besar harus diirisi. Awang Ferdian Hidayat, anggota DPR RI dari PDIP, berpeluang menarik kalangan muda yang sebelumnya pendukung Rita. Namun, ini tentu tidak mudah. Soal konflik Blok Mahakam yang meruncing bisa menghambat preferensi pendukung Rita ke paslon ini.
Di antara keempat paslon, ada yang unik dari paslon PDIP-Hanura. Awalnya, dari Lenteng Agung, nama Safaruddin digemakan sebagai cagub Kaltim. Tak kurang, Megawati didamping sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengumumkan hal itu.

Namun, di ujung waktu pendaftaran. Rusmadi Wongso yang justru jadi cagub.
Berlatar bukan orang partai, paslon ini bisa saja mencuri simpatik publik, memenangkan dukungan suara pemilih yang muak dengan prilaku politisi (lokal). Keduanya dapat muncul sebagai dwitunggal dan memberi kebaruan kultur politik dan kepemimpinan di Kaltim.
Rusmadi Wongso matang sebagai pendidik. Menyandang gelar Ph.D di bidang Production Economic and Farm Management, ditambah pernah menjabat Sekda Provinsi, Rusmadi tentu paham bagaimana mengatasi persoalan kemiskinan yang menunpuk di pedesaan.
Untuk soal kriminalitas yang tinggi di Kaltim, Safaruddin punya modal pernah menjabat kapolda Kaltim (2015-2017).
Data tahun 2015, Kaltim adalah provinsi dengan kasus curanmor tertinggi di Kalimantan, urutan ke-10 se-Indonesia. Pada 2015, ada 1.360 kasus curanmor. Di 2016, kasus curanmor menurun sebanyak 714 kasus dan tinggal setengahnya di 2017.
Soal ketokohan, Isran Noor orangnya. “Matahari dari Kutim” ini dikenal sebagai salah satu tokoh nasional yang cerdas, visioner, juga petarung. Tak tanggung-tanggung, saat jadi Bupati Kutai Timur, Isran Noor mencabut Izin Usaha Penambangan (IUP) Churchill Mining Plc. yang melakukan pelanggaran hukum.
Perusahaan tambang multinational asal Inggris itu menggugat balik pemerintah Indonesia dengan nilai US$ 2 miliar (sekitar Rp 200 triliun) ke Pengadilan Arbitrase Internasionaldi Washington DC. Konon, lutut pemerintah pusat gemetar. Isran pun ditekan untuk berdamai. Tapi, ia memilih kata tidak.

Popularitas Isran Noor jelas sudah mendunia. Modalitas ini didukung basis akar rumput dari Gerindra dan PKS yang fanatik dan militant, ditambah ketiadaan Rita, petarung tua itu yakin akan memenang pilgub.
Namun, naiknya Rizal Effendi menggantikan Nusyirwan Ismail bisa saja jadi skoci penyelamat Golkar. Rizal tiga periode memimpin Balikpapan—sebagai wakil walikota dan dua periode walikota. Ia punya gembok untuk mengamankan Balikpapan dengan DPT terbesar ke-3 setelah Samarinda dan Kutai Kertanegara.
Sementara Sofyan Hasdam sudah jadi pemilik Bontang. Siapa yang tak mengenal Andi Sofyan Hasdam. Dua periode menjabat Walikota Bontang, dilanjutkan oleh istrinya, dr.Hj.Neni Moerniaeni, SpOG, Walikota Bontang saat ini.
Tinggal bagaimana menguasai Kutai Kertanegara. Rita yang menang hampir 90 persen di Kutai Kertanegara di pilbud lalu akan ke sinikah mengarahkan telunjuknya?
Produk Masa Silam
Kaltim kaya dengan sumber daya alam, tapi miskin kepemimpinan. Provinsi ini berlimpah mobil mewah, bahkan pesawat pribadi, tapi juga berlimpah tumpukan pengangguran.
Data 2013, Kaltim di urutan empat, setelah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, provinsi dengan jumlah pengangguran tertinggi.
Di ibu kota provinsi saja, Samarinda, fasilitas publik demikian buruk. Ini menyimpan kenyataan tentang pemerintahan yang tak berbasis kepentingan publik.

Samarinda penyumbang warga miskin nomor dua terbesar di Kaltim, setelah Kutai Kertanegara. Urutan ketiga adalah Kutai Timur.
Di Kaltim, pengangguran, kemiskinan, dan perilaku kejahatan punya akar yang panjang. Ia wujud dari monopoli asset dalam politik penguasaan yang mendistribusikan ketidakadilan.
Setelah tiga dekade penguasaan Orde Baru yang serba memusat, dalam dua dekade Reformasi, penduduk Kalimantan Timur menyaksikan hutan dan berbagai properti adat dihanyutkan ke hilir.
Di balik Sungai Mahakam, mengintip kampung-kampung tanpa akses jalan, jembatan, dan listrik, termasuk tanpa fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Akses untuk pendidikan dan kesehatan adalah sesuatu yang mahal. Problemnya ada di infrastruktur jalan. Sengketa jalan antara domain negara, provinsi, dan kabupaten bersimpang kepentingan secara politik.
Padahal, akses jalan bukan sekedar sarana mobilisasi horizontal, tetapi juga mobilisasi vertikal.
Alhasil, structural differentiation di Kaltim demikian kontras. Segelintir warga menikmati kemewahan laksana bangsawan Abad Pertengahan.
Di sisi lain, kemiskinan menggantung di pinggir jalan dan sepanjang tepian.
Discussion about this post