Wartapolitik.id – Mahathir Mohamad ketua koalisi oposisi Pakatan Harapan (PH) akhirnya resmi dilantik sebagai perdana menteri ketujuh Malaysia pada Kamis malam (10/5/2018) waktu setempat.
Pakatan Harapan (PH) menang Pemilu dengan meraih 113 kursi dari total 222 kursi Dewan Rakyat yang diperebutkan. Kemenangan ini sekaligus meruntuhkan dominasi kekuasaan Barisan Nasional selama 60 tahun.
Keputusan Mahatir kembali terjun dipolitik setelah 15 tahun pensiun dipicu oleh kekecewannya pada kekuasaan Najib Razak. Mahatir pernah berkata “Saya memang diktator, tetapi saya bukan pencuri”.
Baca Juga :
- Jokowi : Elektabilitas 60.6 persen, Kepuasan Publik 71.2 persen
- Amin Rais Ancam Pecat Zulkifli Hasan Bila Dukung Jokowi-Cak Imin
- Gerakan #2019GantiPresiden Belum Ke Prabowo, Berpeluang Dukung Jokowi
Pemerintahan Najib Rajak sempat diterpa skandal mengenai dana investasi negara 1Malaysian Berhad (1MDB), Najib dituduh mengantongi sekitar USD.700 juta dana milik badan yang didirikannya pada 2009 tersebut.
Kualisi pimpinan Mahatir berhasil menumbangkan kekuasaan Najib Razak yang telah memerintah selama 10 tahun, sekaligus menumbangkan dominasi Kualisi Barisan Nasional selama 60 tahun. Kemenangan Mahatir di Malaysia rupanya menjadi inspirasi bagi perpolitikan di Indonesia.
Gerindra Yakin Tumbangkan Inqumbent

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan kemenangan Mahathir Mohammad di Malaysia jadi semangat partainya mengusung Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden mendatang.
“Ini inkumben 10 tahun bisa dikalahkan. Jadi saya yakin pada 2019 nanti inkumben kalah,” katanya di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Kamis, 10 Mei 2018.
Ketua bidang Hukum dan Advokasi Partai Gerindra, Habiburokhman justru memberi penerawangan yang lebih mendalam. Baginya kemenangan oposisi di Malaysia juga ikut melemahkan koalisi Jokowi.
“Saya yakin kemenangan Mahathir Mohamad kemarin secara psikologis akan memperkuat Koalisi Prabowo dan sekaligus semakin melemahkan Koalisi Jokowi pada Pemilu 2019,” ujarnya, Jumat (11/5/2018).
Habiburokhman meyakini kemenangan Prabowo sudah di depan mata. “Kalau tidak terjadi kejadian luar biasa seperti kecurangan massif, politik uang atau mobilisasi aparat negara, sangat terasa kemenangan Prabowo sudah di depan mata,” pungkasnya.
PDI Perjuangan Percaya Politik Kotor Tidak Ada Tempat di Hati Rakyat

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengucapkan selamat kepada Mahathir Mohammad yang telah memenangkan pemilu di Malaysia. Sebuahperjuangan politik yang inspiratif dan patut dicontoh.
Bagi Hasto, kualisi oposisi di Malaysia berhasi memenangkan hati publik dengan membangun narasi politik penuh kaadaban. Beda hal dengan incumben yang menggunakan politik SARA. Hal tersebut menunjukan bahwa iklim demokrasi dan kedewasaan di Malaysia sangat baik.
“Namun kedewasaan pemilih di Malaysia membuktikan bahwa narasi politik pemecah belah atas dasar suku, agama dan antar golongan tidak laku di Malaysia,” kata Hasto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/5/2018).
Menurut Hasto, kejadian di Malaysia seharusnya mendorong bangsa Indonesia untuk selalu setia pada watak politik yang mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan sebaliknya.
Hasto percaya bahwa rakyat Indonesia telah rasional dalam menentukan pilihan dan tidak mudah terpengaruh dengan politik adu-domba. Publik menghendaki demokrasi yang damai dan bermartabat karena “Politik kotor tidak pernah mendapat tempat di hati rakyat,” kata Hasto.
NASDEM, PAN, PKB Beri Warning
Bagi Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago sikap Gerindra itu wajar saja. Namun dia mengatakan kondisi di Malaysia beda dengan Indonesia. “Bermimpi boleh-boleh saja, Malaysia tentu beda dengan Indonesia,” kata Irma lewat pesan singkat, Kamis (10/5/2018).

Sementara Inspirasinya adalah Rakyat Malaysia ingin negaranya berdaulat penuh khususnya bidang ekonomi. Kekhawatiran intervensi asing itu jadi trigger yang memenangkan oposisi.
“Inspirasinya adalah agar Indonesia pun menegakkan kedaulatan bangsa di atas segalanya. Kalau pengangguran masih tinggi, utamakan tenaga kerja dalam negeri bukan tenaga kerja asing,” kata Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/5/2018).
Meskipun demikian, posisi Jokowi masih terbilang kuat dan menunjukan trand meningkat. Litbang Kompas merilis survei elektabilitas Jokowi pada April 2018 yang mencapai 55,9% atau terus mengalami kenaikan dibandingkan hasil survei pada Oktober 2017 sebesar 43,6% dan April 2017 (41,6%). Sebaliknya, elektabilitas Prabowo pada April 2018 sebesar 14,1%, atau mengalami penurunan dari survei pada Oktober 2017 (18.2%) dan April 2017 (22,1%).

Meskipun demikian, posisi Jokowi masih belum aman. Jokowi butuh Cawapres yang diterima dan memiliki basis kuat di kalangan Islam. Selama ini Jokowi di asosiasikan sebagai tokoh yang anti Islam, sementara mayoritas pemilih di Indonesia masih terpengaruh oleh preferansi tersebut.
“Saya cuma bisa mengingatkan, “Kalau Bapak Jokowi tidak mengajak saya Wapres, itu bisa kalah. Saya didukung oleh 11 juta konstituen PKB, memiliki 48 kursi di parlemen, dan diperintah serta direstui oleh para Kiyai, ulama dan pesantren.” ujar Cak Imin di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Sabtu (5/5/2018).
Memperhatikan dinamika politik di Malaysia, maka bukanlah sebuah kemustahilan bila salah melangkah, inqumbent akan tumbang di Pilpres 2019 nanti.
Discussion about this post