WARTAPOLITIK.ID – JAKARTA – Kebijakan Menteri BUMN Erick Thohir yang akan membeli peternakan sapi di Belgia menjadi polemik. Suara penolakan muncul dari parlemen terutama dari Komisi IV DPR RI. Karena merasa kebijakan tersebut bukanlah solusi untuk menjawab mahalnya harga daging sapi saat ini.
Wahab Talaohu Direktur Eksekutif Indeks 98 menilai derasnya penolakan tersebut dominan bermuatan bisnis semata dan bertentangan dengan kepentingan nasional atau menjadi solusi pagan nasional. Karena selama puluhan tahun tidak ada yang protes dengan ketergantungan impor sapi dari Australia.
“Kita menilai penolakan itu murni kepentingan bisnis korporasi. Sementara yang diperjuangkan Menteri Erick adalah kepentingan nasional. Demi memutus ketergantungan Indonesia pada impor sapi. Kita heran sudah puluhan tahun Indonesia sangat bergantung pada impor khususnya dari Australia namun anehnya selama itu tidak ada yang protes. Lalu kenapa ketika kebijakan yang positif seperti ini justru ditolak.” Tegas Wahab ketika dihubungi Wartapolitik (23/05/21).
Dikutip dari Harian Kompas, Senin (24/1/2021), Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Djoni Liano, mengungkapkan Indonesia belum bisa melepaskan ketergantungan terhadap sapi impor yang mayoritas berasal dari Australia.
”Australia tengah membatasi ekspor karena produsen sapi di sana ingin memulihkan populasi. Padahal, permintaan global meningkat. Dampaknya, harga melonjak. Negara yang sanggup membayar dengan harga yang ada akan mendapatkannya (sapi bakalan),” jelas Djoni.
Wahab justru menilai upaya menaikan harga daging sapi dengan alasan pasokan yang menipis merupakan trik dari para kartel mafia daging sapi yang hendak mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
“Kami melihat ada praktik kartel yang dijalankan sehingga terjadi peningkatan harga dengan alasan penurunan populasi di tengah permintaan pasar yang terus meningkat.” Jelas Aktivis 98 tersebut.
Saat ini harga daging sapi di pasar tradisional ada di kisaran Rp.130 rb/kg sampai dengan Rp.150 rb/kg. Trend kenaikan harga ini masih terus akan berlangsung bahkan diprediksi dapat melebihi harga tertinggi seperti pada juni 2019 lalu yang sampai menyentuh angka Rp.180 rb per kg.
“Kita akan selamanya menderita kerugian karena harga yang terus-terusan naik. Karena kita menduga sudah ada praktik kartel yang memainkan harga. Maka sudah saatnya Indonesia melepas ketergantungan dari sapi impor baik dari Brazil, India bahkan Australia. Sudah saat nya membangun kedaulatan pangan (dagingsapi/sapi) nasional yang salah satunya lewat kebijakan Menteri Erick membeli peternakan sapi di Belgia.” Sambungnya.
Wahab juga mengingatkan agar para konsumen tetap waspada karena akan ada pihak yang memanfaatkan momentum kenaikan harga ini dengan bertindak curang. Termasuk mengoplos daging sapi dengan daging lain yang non-halal.
“Selaku konsumen kita harus waspada. Biasanya momentum kenaikan harga akan beriringan dengan praktik curang. Terutama waspada daging oplosan yang non-halal. Hal ini sudah terjadi di Malaysia, di mana daging yang di impor rupanya dioplos dengan daging Kanguru dan Kuda.” Terangnya.
Seperti dikutip dari New Straits Times (22/12/20) telah terkuak skandal kartel daging oplosan di Malaysia yang diduga sudah berlangsung selama lebih dari 40 tahun. Para kartel menyuap petugas bea cukai untuk menyelundupkan semua jenis daging dan memberinya label halal sehingga dapat beredar di pasar lokal. Otoritas setempat mengkalkulasi ada 300 s/d 400 konteiner daging oplosan yang masuk ke Malaysia setiap bulannya.
Meski mendukung sepenuhnya upaya Menteri Erick terkait rencana pembelian lahan peternakan Sapi di Belgia namun Wahab juga mengingatkan agar Menteri Erick segera membuat Blue Print Swasembada Daging Sapi di Indonesia. Agar kedepan Indonesia tidak lagi bergantung pada impor dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan ekspor.
“Kita berharap agar Blue Print Swasembada Daging Sapi di Indonesia agar segera disusun sehingga kita bisa memutus ketergantungan impor dan mampu memenuhi stok dalam negeri atau bahkan menjadi eksportir kelas dunia”, tutupnya.
Discussion about this post