WARTAPOLITIK.ID – JAKARTA – Presiden Jokowo Widodo berharap sapi jenis Belgian Blue (Sapi Biri Belgia) dapat dikembang di tabah air sebagai bibit unggul untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.
Hal itu disampaikan Presiden saat melakukan kunjungan kerja di Desa Parsingguran, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan guna meninjau pengembangan peternakan dan pertanian, pada 31 Juli 2019 lalu.
Sapi jenis belgian blue tersebut merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk dikembangbiakkan oleh peternak lokal.
“Ini sapi baru tiga hari datang. Ini juga diajari Menteri Pertanian. Ini baru tiga. Biar nyoba, tapi tadi ditanya sapinya katanya senang. Oke, berarti tambah lagi,” ujar Jokowi.
Sapi belgian blue bila dikembang biakan dengan baik dapat memiliki bobot 1,5 ton/ekornya. Oleh karena itu, Presiden Jokowi berencana mengembangkan proyek itu di daerah lainnya, jika proyek di Kabupaten Humbang Hasundutan berhasil.
“Digedein dulu, nanti kalau betul-betul produktif, bisa menjadi contoh. Tinggal copy ke tempat lain gampang. Karena di Humbang Hasundutan mungkin dikembangkan lagi, di Karo dikembangkan lagi, di Tapanuli Utara kembangkan lagi,” kata Jokowi.
Menteri BUMN Beli Peternakan Belgia
Dayung bersambut. Realisasi agar sapi Belgian Blue dapat dikembangkan di tanah air secara masih mulai respon oleh Menteri BUMN Erick Thohir yang akan membeli peternakan sapi di Belgia.
PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sebagai bakal holding BUMN pangan ditugaskan untuk melakukan kajian dan akan menangani rencana tersebut.
Ada empat tujuan strategis pembelian peternakan sapi di Belgia yaitu transfer teknologi peternakan, mendapat pasokan bibit unggul, suplay daging sapi berkualitas dan income bagi BUMN ke kas negara.
Peternakan sapi di Belgia akan mengembangkan sapi jenis Belgian Blue yang kemudian bibit unggulnya akan di kirim ke Indonesia dan di kembangkan secara masif oleh peternak lokal tanah air.
Namun, rencana tersebut terancam gagal karena mendapat penilakan keras dari Komisi IV DPR RI yang memandang rencana tersebut bukanlah sebuah solusi untuk mengatasi ketergantungan Indonesia pada daging dan sapi impor.
Kartel Daging Sapi Impor
Wahab Talaohu Direktur Eksekutif Indeks 98 menilai derasnya penolakan tersebut dominan bermuatan bisnis semata dan bertentangan dengan kepentingan nasional atau menjadi solusi pagan nasional. Karena selama puluhan tahun tidak ada yang protes dengan ketergantungan impor sapi dari Australia.
“Kita menilai penolakan itu murni kepentingan bisnis korporasi yang beroperasi layaknya kartel. Sementara yang diperjuangkan Menteri Erick adalah kepentingan nasional. Demi memutus ketergantungan Indonesia pada impor sapi. Kita heran sudah puluhan tahun Indonesia sangat bergantung pada impor khususnya dari Australia namun anehnya selama itu tidak ada yang protes. Lalu kenapa ketika kebijakan yang positif seperti ini justru ditolak.” Tegas Wahab ketika dihubungi Wartapolitik (23/05/21).
Meski mendukung sepenuhnya upaya Menteri Erick terkait rencana pembelian lahan peternakan Sapi di Belgia namun Wahab juga mengingatkan agar Menteri Erick segera membuat Blue Print Swasembada Daging Sapi di Indonesia. Agar kedepan Indonesia tidak lagi bergantung pada impor dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan ekspor.
“Kita berharap agar Blue Print Swasembada Daging Sapi di Indonesia agar segera disusun sehingga kita bisa memutus ketergantungan impor dan mampu memenuhi stok dalam negeri atau bahkan menjadi eksportir kelas dunia”, tutupnya.
Discussion about this post