Oleh: Abu Salam Rery
(Mahasiswa UIN SUKA YOGYAKARTA)
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
(-Q.S. AL-MA’UN: 1-7-)
Rata-rata para nabi yang diutus itu berasal dari golongan yang lemah kecuali nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Luqman yang namanya dijadikan sebagai nama surah dalam Al-Qur’an, adalah seorang tukang kayu yang tiap nasihatnya menjadi pedoman dalam tiap sikap dan laku kita semua. semua lawan para nabi ini adalah mereka yang punya kuasa dan suka menindas kaum yang lemah, mulai dari nabi Musa dan nabi Harun yang dalam dakwahnya harus ber-urusan melawan kecongkakan fir’aun yang kita tahu semua dalam banyak kisah begitu zhalim dan mengakui dirinya sebagai Tuhan, Tuhan mana yang hobby-nya berlaku jahat ke umatnya, sangat-sangat cringer sekali bukan?
Contoh yang lainnya adalah Nabi Ibrahim, seorang anak tukang pembuat berhala. Pada masa itu, raja yang berkuasa adalah Raja Namrud. Ia sangat otoriter dan kejam. Meskipun ayahnya seorang pembuat berhala, Nabi Ibrahim menolak menyembahnya. Baginya, hal itu adalah sebuah pembodohan.
Selain kesyrikan, ayat-ayat pertama yang turun adalah kritik ketimpangan sosial yang terjadi. bisa kita lihat dalam beberapa surah yang turun di Mekkah, misalnya pada dua surah yakni Surah Al-Balaad dan At-Takatsur, dalam surah At-Takatsur misalnya Allah Swt mengkritisi habis mereka yang suka sekali menumpu-numpuk harta kekayaan, sebab terjadinya ketimpangan sosial itu karena penumpukan harta yang hanya kepada satu orang atau satu golongan saja, sementara pada surah Al-Balaad Allah Swt memberitahu kepada kita, bahwa jalan-jalan yang mendaki itu adalah memberi makan kepada mereka yang miskin.
Artinya mandat pertama kali umat ini selain soalan kesyirikan adalah memberantas ketimpangan sosial yang terjadi ditengah-tengah umat, hal ini kita bisa lihat bagaimana perampasan ruang hidup yang terjadi disekeliling kita, belum lagi kelaparan yang dirasakan masyarakat selama pandemic sebab tidak bisa berbuat apa-apa karena kerja susah dan lain-lain, dua surah itu ini memberi warning kepada kita bahwa ada yang harus dibenahi dalam umat ini. Selain kita diminta Untuk selalu menyembah kepada Allah dilain sisi kita juga harus berpihak kepada kaum yang lemah.
Dalam banyak surah seringkali ayat-ayat yang membahas keberpihakan kepada mereka yang lemah itu ada semisal dalam surah An-Nissa dimana kita diminta menolong mereka kaum yang lemah baik laki-laki dan perempuan bahkan pada ayat-ayat yang lain Allah janjikan kepada mereka-mereka yang lemah itu akan dimenangkan selama mereka punya ikhtiar untuk membuat perubahan atas tatanan sosial yang ada.
Bukan hanya itu, Al-Qur’an juga bercerita banyak soal mereka yang dzalim dan suka menindas dimana Allah hancurkan mereka, jadi sejak awal kehancuran sebuah negeri itu sebab tangan-tangan manusia yang penuh dengan dosa yang suka memaksa dan menindas kaum yang lemah sehingga Allah binasakan dan memberikan kemenangan kepada kaum yang seringkali di zholimi mereka yang suka menindas ini.
Artinya mandat pertama kali umat ini selain soalan kesyirikan adalah memberantas ketimpangan sosial yang terjadi ditengah-tengah umat, hal ini kita bisa lihat bagaimana perampasan ruang hidup yang terjadi disekeliling kita, belum lagi kelaparan yang dirasakan masyarakat selama pandemic sebab tidak bisa berbuat apa-apa karena kerja susah dan lain-lain, dua surah itu ini memberi warning kepada kita bahwa ada yang harus dibenahi dalam umat ini. Selain kita diminta Untuk selalu menyembah kepada Allah dilain sisi kita juga harus berpihak kepada kaum yang lemah.
Dalam banyak surah seringkali ayat-ayat yang membahas keberpihakan kepada mereka yang lemah itu ada semisal dalam surah An-Nissa dimana kita diminta menolong mereka kaum yang lemah baik laki-laki dan perempuan bahkan pada ayat-ayat yang lain Allah janjikan kepada mereka-mereka yang lemah itu akan dimenangkan selama mereka punya ikhtiar untuk membuat perubahan atas tatanan sosial yang ada.
Bukan hanya itu, Al-Qur’an juga bercerita banyak soal mereka yang dzalim dan suka menindas dimana Allah hancurkan mereka, jadi sejak awal kehancuran sebuah negeri itu sebab tangan-tangan manusia yang penuh dengan dosa yang suka memaksa dan menindas kaum yang lemah sehingga Allah binasakan dan memberikan kemenangan kepada kaum yang seringkali di zholimi mereka yang suka menindas ini.
Karena banyak mereka yang suka menindas sehingga Allah mengutus mereka yang siap membela kaum yang ditindas dan rata-rata mereka yang menolong kaum yang ditindas ini adalah mereka yang berasal dari kaum Proletar, selain nabi Musa, Harun dan Ibrahim, nabi Muhammad juga diutus dan membawa kabar yang sama yakni menjadi orang terdepan dalam membela kaum yang lemah, bagaimana beliau harus melawan kaum Quraish yang kita tahu kaum ini memegang mandat tertinggi saat itu, yakni menjadi tetua-tetua yang dihormati dalam tiap-tiap kabila mereka.
Selain Nabi Muhammad, para sahabat yang membersamai beliau juga berlaku yang sama, kita bisa melihat bagaimana Salman Al-Farisi yang dalam perang Khandaq punya jasa besar dalam menyumbangkan ide untuk membuat parit, Salman Al-Farisi juga menentang yang namanya ketimpangan sosial yang terjadi ditengah-tengah umat. Selain Salman, Bilal bin Rabah yang seorang Muadzin dan dulu menjadi hambah sahaya juga berlaku sama. Bagaimana setelah pembebasan kota Mekkah beliau diutus untuk menyerukan kemenangan diatas Kabbah yang suci.
Kalau kita lihat dua sahabat ini mempunyai dua kisah yang berbeda, Salman misalnya, beliau melakukan perjalanan spiritual mencari guru dari Persia menuju Madinah tapi sampai di Madinah beliau justru dikerjain. Bahkan konon kabarnya Salman juga ikut menjadi budak, padahal di Kota Persia Salman ini punya kedudukan yang lumayan tinggi juga pada kotanya. Hingga akhirnya Salman melawan sebab beliau tahu persis gimana perasaan menjadi kaum yang memiliki kuasa dan gimana menjadi kaum yang dimarjinalkan.
Bilal-pun demikian, kalau kita lihat dalam kisah-nya, Bilal hanyalah seorang budak sebelum hadirnya Islam, Bilal merupakan budaknya Umayyah bin Khalaf, tetapi setelah hadirnya Islam dikemudian hari terangkat harkat martabatnya, konon beliau juga menjadi Gubernur pada Kota Damaskus saat kekhalifaan sahabat Umar bin Khattab. Bilal sama seperti Salman, Bilal tahu gimana rasanya menajdi kaum yang lemah dan punya kuasa sehingga Salman dan Bilal melakukan perlawanan kepada mereka yang suka menindas kaum lain.
Selain dua nama ini ada juga nama-nama lain semisal Abu Bakr yang menginfakan seluruh hartanya untuk membebaskan mereka-mereka yang lemah bahkan salah satunya adalah anak Summayah dan Yassir yakni Ammar bin Yassir yang notabene adalah teman Akrab Wahsyi dan Bilal, ada juga Umar bin Khattab yang menjadikan kepemimpinannya untuk menolong mereka yang lemah, bahkan begadang dan melihat situasi masyarakatnya dan membawa gandum untuk mereka dengan dipikul sendiri, ada juga Utsman yang membelanjakan uangnya untuk membeli sumur dalam menolong sahabat yang kehausan atau Ali yang rela memberikan sepotong roti untuk dua orang yang belum makan padahal saat itu hanya roti itu yg tersisa untuk mereka makan.
Tidak heran jika dulu pada zaman Rasulullah dan sahabat adalah zaman terbaik sebab mereka mengamalkan betul isi ayat-ayat yang ada, sebab menjadi tangan untuk mereka yang lemah bahkan disaat dalam keadaan lemah-pun mereka tetap menolong kaum yang lemah, bagaiamana kita bisa lihat dalam setiap kali bertempur Allah Swt memenangkan mereka, ingat lagi janji Allah diatas, selama mereka punya niat untuk merubah tatanan sosial maka mereka akan dimenangkan, tetapi jika tidak ada itu maka kekalahan-lah yang terjadi.
Hal ini bisa kita lihat di Granada, dulu Islam pernah Berjaya pada negera dan kota ini, tetapi ketika Khalifah dan orang-orang yang ada di dalamnya sibuk dengan soal dunia disisi lain berlaku kejam kepada kaum yang lemah, skeptis atas keadaan yang ada maka Islam hanya tinggal nama, tempat ibadah dirubah menjadi gereja-gereja, rajanya menangis atas kekalahan itu, karena lag-lagi janji Allah itu pasti, selama punya niat untuk merubah tatanan sosial yang lebih baik maka selama itu akan dimenangkan. Tetapi jika niat untuk merubah tatanan sosial itu hilang maka kuasa itu tidak akan diberikan kepada mereka. Bahkan lebih perihnya dikalahkan dalam perang.
Hari ini penindasan terhadap kaum yang lemah begitu serikali terjadi mulai dari perampasan ruang hidup, pembungkaman aktivis hingga kriminalisasi ulama, seharusnya aktivis Islam adalah mereka yang berdiri paling depan dan yang bersuara paling lantang atas ketidakadilan yang terjadi, sebab hal itulah yang dilakukan oleh Rasul dan para sahabatnya yang mereka-mereka ini dijadikan contoh dalam tiap gerak aktivis Islam.
Maka seharusnya keberpihakan itu yang digaungkan seorang yang mengaku dirinya adalah aktivis muslim,sehingga nash-nash, Yakin Usaha Sampai, Kebhatilan Musuh Abadi Kammi ataupun nash-nash pada organisasi keismlaman yang lain bukan hanya main pada teriakan-teriakan saja tapi ditunjukan dengan langkah-langkah yang konkrit salah satunya berdiri paling depan dalam membela kaum yang lemah.
Aktivis Islam yang katanya menjadikan nabi dan Rasul sebagai teladan, meneladani sikap perlawanan atas kedzaliman yang dilakukan penguasa kepada rakyatnya, ikut turun saat tanah dirampas, ikut angkat bicara saat rumah digusur, ikut menjadi garda terdepan saat suara orang biasa dibungkam dan dipenjara, jangan hanya mau meneladani poligaminya saja, Sunnah itu bukan hanya poligami saja tapi ikut turun membantu mereka yang ditindas-pun adalah jalan-jalan kebaikan menuju Sunnah itu. Sebab agama ini hadir untuk menjadi pembebas kaum-kaum yang ditindas.
Semoga saja kita masih punya hati nurani dan mau berbicara banyak soal kaum mustadz’afin ini, kaum yang seringkali dilemahkan tapi disisi lain mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena sikap kita juga yang kadang melupakan atas penindasan yang terjadi pada mereka.
“Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang padahal tentangga yang disampingnya dalam keadaan lapar, padahal ia mengetahuinya.”
(HR. at-Thabrani)
Discussion about this post