WartaPolitik.id- Rusia bersikeras enggan menyelesaikan krisis negaranya dengan Ukraina dengan jalan damai melainkan lewat aksi militer. Ratusan warga sipil di Ukraina menjadi korban. Selain tak ingin Ukraina bergabung dengan NATO, sebetulnya apa ambisi Presiden Rusia Vladimir Putin di balik keputusannya?
Dilansir dari BBC, Jumat (25/2), Putin tak ingin Ukraina bergabung dengan NATO. Dan ia menegaskan Rusia harus keras, tak ada lagi jalan untuk mundur.
“Rusia tidak punya tempat lagi untuk mundur-apakah mereka (Ukraina) pikir kita hanya akan duduk diam?” tegas Putin seperti dilansir dari BBC, Jumat (25/2).
Ukraina sedang mencari waktu yang jelas untuk bergabung dengan NATO. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menjelaskan hal itu tak akan pernah terjadi.
“Bagi kami itu mutlak wajib untuk memastikan Ukraina tidak pernah menjadi anggota NATO,” ungkap pejabat Rusia itu.
Tahun lalu Presiden Putin menulis sebuah artikel panjang yang menggambarkan Rusia dan Ukraina sebagai ‘satu bangsa’. Dia menggambarkan runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991 sebagai ‘disintegrasi sejarah Rusia’.
Dia mengklaim Ukraina modern sepenuhnya diciptakan oleh komunis Rusia dan sekarang menjadi negara boneka, yang dikendalikan oleh Barat. Presiden Putin juga berpendapat bahwa jika Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi itu mungkin mencoba untuk merebut kembali Krimea.
Tapi Rusia tidak hanya fokus pada Ukraina. Ia menuntut agar NATO kembali ke perbatasannya sebelum 1997.
Putin ingin NATO menghapus pasukan dan infrastruktur militernya dari negara-negara anggota yang bergabung dengan aliansi itu sejak 1997 dan tidak mengerahkan senjata serang di dekat perbatasan Rusia. Itu berarti terdiri dari Eropa Tengah, Eropa Timur dan Baltik.
Di mata Presiden Putin, Barat berjanji pada 1990 bahwa NATO akan tak melakukan ekspansi satu inci ke timur, tetapi NATO tetap melakukannya. Situasi itu terjadi sebelum runtuhnya Uni Soviet, jadi janji yang dibuat kepada Presiden Soviet saat itu Mikhail Gorbachev hanya mengacu pada Jerman Timur dalam konteks Jerman yang bersatu kembali. Gorbachev kemudian mengatakan topik ekspansi NATO tidak pernah dibahas pada saat itu
Apa Sikap NATO?
NATO adalah aliansi defensif dengan kebijakan pintu terbuka untuk anggota baru, dan 30 negara anggotanya bersikeras tidak akan berubah. Tidak ada proyeksi bagi Ukraina bergabung untuk waktu yang lama, seperti yang telah dijelaskan oleh kanselir Jerman.
Tetapi gagasan bahwa negara NATO mana pun saat ini akan melepaskan keanggotaannya bukanlah permulaan.
Menjadi anggota NATO akan secara signifikan meningkatkan dukungan militer Ukraina dari pihak luar. Bergabung dengan NATO berarti Ukraina memiliki jaminan militer dari banyak negara terutama AS.
Hal ini pun memungkinkan NATO melancarkan kegiatan militer di Ukraina. Jaminan kekuatan militer ini membuat Rusia geram. Menjadi anggota NATO akan secara signifikan meningkatkan dukungan militer Ukraina dari pihak luar. Bergabung dengan NATO berarti Ukraina memiliki jaminan militer dari banyak negara terutama AS.
Discussion about this post