Gempa dahsyat dengan magnitudonya 7,8 dan 7,6 menghantam wilayah Turki Selatan dan perbatasan Suria Utara pada Senin, (6/2/2023). Gempa pertama terjadi dini hari di distrik Pazarcik, provinsi Kahramanmaras. Kerusakan parah juga dialami beberapa provinsi Gaziantep, Sanliurfa, Diyarbakir, Adana, Adiyaman, Malatya, Osmaniye, Hatay, dan Kilis.
Gempa kedua berkekuatan 7,6 kembali mengguncang Kahramanmaras pada pukul 13.24 siang di distrik Elbistan, Kahramanmaras. Sampai berita ini ditulis total korban meninggal dunia tercatat 5.000 jiwa. Wakil Presiden Turki Fuat Oktay mengatakan korban tewas di negaranya mencapai lebih dari 3.400 orang dengan korban luka melampaui 20.000 orang. Sebanyak 6.000 bangunan rusak. Suriah, total korban bertambah mencapai lebih dari 1.600 jiwa.
Korban Warga Negara Indonesia
Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal mengatakan sebanyak 40 rumah warga negara Indonesia (WNI) hancur. “Ada 40 WNI di Gaziantep. 40 WNI kita rumahnya sudah hancur sama sekali,” kata Iqbal dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/2).
Melalui pesan WhatsApp yang diterima wartapolitik.id, Iqbal menyebutkan ada sekitar 500 WNI yang tersebar di wilayah bencana. Respon tanggap darurat segera dilakukan KBRI di Angkara. Iqbal bersama Tim KBRI malam ini (7/2/2023) menuju Gaziantep dan Kahramanmaras untuk mengevakuasi WNI dan mengirimkan satu kontainer bahan makanan kepada Bulan Sabit Turki.
Dari informasi yang dihimpun wartapolitik.id, sejumlah WNI yang berada di daerah-daerah bencana harus bertahan sepanjang malam tanpa makanan dan pakaian hangat di tengah guyuran salju. Tercatat ada puluhan mahasiswa asal Indonesia yang ikut terjebak dan harus bertahan dalam dingin dan lapar sepanjang malam.
Beberapa hotel dan usaha lokal menyediakan teh dan makanan gratis diserbu massa. Di beberapa toko makanan yang masih tutup terjadi aksi penjarahan. Seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kahramanmaras, Hammam, “Kita juga terpaksa ikut karena kekurangan makanan.”
Sampai malam ini, Kahramanmaras ada 50 mahasiswa asal Indonesia yang belum bisa dievakuasi. Di Gaziantep, ada 29 mahasiswa dan di Diyarbaker sebanyak 14 mahasiswa asal Indonesia. KBRI dan PPI Turki telah melakukan koordinasi dan menentukan titik-titik evakuasi

Discussion about this post